Ket foto : Nampak salah satu petak sawah yang mengalami kekeringan
Laporan Reporter SUARA TTS.COM,Erik Sanu
SUARATTS.COM | SOE – Sejumlah petani di Kecamatan Amanuban Selatan, Kabupaten Timor Tengah Selatan (TTS), mengeluhkan lambannya respons Dinas Pertanian TTS terhadap kerusakan empangan yang menyebabkan aliran air ke area persawahan terputus. Akibatnya, ratusan hektar sawah kini terancam gagal panen dan petani berpotensi mengalami kerugian hingga miliaran rupiah.
Salah satu petani, Denli Dethan, mengungkapkan kepada wartawan di SoE, Sabtu (18/10/2025), bahwa pihaknya sudah melaporkan kondisi empangan yang jebol ke Dinas Pertanian, namun hingga kini belum ada tindakan nyata di lapangan.
“Kami sudah lapor sejak beberapa hari lalu, tapi sampai sekarang belum ada langkah cepat dari dinas. Kalau dibiarkan begini, sawah bisa kering total dan kami rugi miliaran rupiah,” ujarnya dengan nada kecewa.
Menurut Denli, kerusakan empangan tersebut berdampak pada sekitar 400 hektare lahan pertanian yang menjadi sumber penghidupan ratusan petani di wilayah itu. Tanpa pasokan air dari empangan, tanaman padi yang sedang tumbuh terancam mati sebelum masa panen.
“Empangan ini sumber utama air untuk ratusan hektar sawah. Kalau putus dan tidak segera diperbaiki, kami tidak bisa tanam lagi,” tambahnya.
Denli juga menyinggung janji Dinas Pertanian yang sebelumnya berkomitmen membantu perbaikan sistem pengairan jika terjadi kerusakan. Namun, realisasinya justru membebani petani.
“Waktu awal bikin empang, pihak dinas bilang akan bantu alat eksa (alat berat) untuk perbaikan. Tapi setelah alat datang, petani malah disuruh bayar biaya transportasi eksa sampai Rp6 juta. Sekarang empangan putus, dinas juga belum turun tangan,” keluhnya.
Para petani berharap pemerintah daerah segera mengambil langkah cepat agar kerusakan empangan tidak berlarut-larut dan menyebabkan gagal panen.
“Kami minta perhatian serius dari pemerintah. Kalau tidak segera diperbaiki, bukan cuma kami yang rugi, tapi juga ketahanan pangan daerah bisa terganggu,” tegas Denli.
Menanggapi keluhan tersebut, Kepala Dinas Tanaman Pangan, Hortikultura dan Perkebunan (TPHP) Kabupaten TTS, Jeck Benu, menjelaskan bahwa pihaknya telah menyiapkan alat berat untuk membantu perbaikan, namun petani diminta menanggung biaya bahan bakar minyak (BBM).
“Kami siapkan alat dan petani siapkan BBM. Kita kolaborasi,” ujarnya melalui pesan WhatsApp, Senin (20/10/2025).
Jeck menegaskan, kebijakan kolaborasi itu diambil karena kondisi anggaran dinas saat ini tidak memungkinkan untuk menanggung biaya operasional alat berat, termasuk BBM dan mobilisasi.
“Saya sudah sampaikan ke para petani bahwa kondisi sekarang Dinas tidak punya biaya BBM dan mobilisasi, jadi mari kita kolaborasi untuk atasi kerusakan empangan,” jelasnya.(Sys)