Ket foto : Ketua FPDT, Doni Tanoen
Laporan Reporter SUARA TTS.COM,Erik Sanu
SUARA TTS.COM | SOE – Forum Pemerhati Demokrasi Timor (FPDT) mengecam keras tindakan salah satu staf Humas dan Protokol Setda Kabupaten Timor Tengah Selatan (TTS) yang menghalangi serta membentak wartawan saat meliput kegiatan penyerahan alat dan mesin pertanian (alsintan) di halaman Kantor Bupati TTS, Kamis (23/10/2025).
Ketua FPDT,Doni Tanoen,SE menilai tindakan tersebut sebagai bentuk pembungkaman terhadap kebebasan pers dan hak masyarakat untuk memperoleh informasi.
“Sebagai Ketua Forum Pemerhati Demokrasi Timor (FPDT), kami sangat menyayangkan dan mengecam tindakan staf Humas dan Protokol Setda TTS yang menghalangi dan membentak wartawan saat melakukan peliputan dan pengambilan gambar pada acara penyerahan alsintan. Tindakan tersebut merupakan bentuk pembungkaman terhadap kebebasan pers dan hak masyarakat untuk mendapatkan informasi. Wartawan memiliki hak untuk menjalankan tugasnya sebagai pilar keempat demokrasi dan tidak seharusnya dihalangi atau diintimidasi,” tegasnya.
FPDT mendesak Pemerintah Kabupaten TTS untuk segera mengambil tindakan tegas terhadap staf yang bersangkutan dan memastikan kebebasan pers tetap dijamin.
“Kehadiran teman-teman wartawan kemarin di kantor bupati itu karena ada undangan resmi dari pemerintah daerah. Staf yang bermental preman tidak boleh dipakai di Humas karena bisa merusak citra pemerintah daerah. Dan tindakan oknum ini juga bukan baru pertama kali, tapi sudah berulang kali,” lanjutnya.
Ia juga mengimbau seluruh pihak untuk menghormati hak-hak wartawan serta memfasilitasi kerja jurnalistik demi mendorong transparansi dan akuntabilitas pemerintahan.
Diberitakan sebelumnya, sejumlah wartawan di Kabupaten TTS mengeluhkan sikap tidak kooperatif dari oknum staf Humas dan Protokol Setda TTS yang diduga menghalangi kerja jurnalistik dengan membentak serta menutup akses pengambilan gambar pada kegiatan tersebut.
“Salah satu rekan kami bahkan dibentak ketika hendak mengambil gambar,” ujar salah seorang wartawan di lokasi.
Wartawan Penakita, Marfin Honin, menyesalkan insiden tersebut dan berharap pihak Humas dapat lebih memahami tugas dan peran wartawan.
“Kalau kami diundang untuk liputan, tolong diberikan ruang sepenuhnya untuk ambil gambar. Kalau staf Humas kuasai tempat dan halangi kami, bagaimana kami bisa dapat gambar penting? Kami juga bisa ditegur redaktur kalau hasil liputan tidak maksimal,” ujar Marfin.
Senada dengan itu, wartawan SpektrumNTT, Mega Ngefak, juga menyoroti sikap arogan staf Humas saat sesi pengambilan gambar.
“Kemarin ada teman yang minta fotografer Humas geser sedikit, tapi malah dimarahi. Katanya ‘beta Humas’. Kami tahu dia Humas, tapi caranya memang tidak baik. Tiap kali mau foto pasti dia berdiri paling depan, setelah itu tidak mau geser,” keluh Mega.
Para wartawan berharap Kepala Bagian Humas dan Protokol Setda TTS dapat memberikan pembinaan kepada stafnya agar hubungan kerja antara pemerintah daerah dan insan pers tetap harmonis, profesional, dan saling menghargai.(Sys).

















