Ket foto : Nampak mahasiswa KKN Mandiri Universitas Muhamadyah Kupang saat berpose di halaman kantor desa To’i
Laporan Reporter SUARA TTS.COM,Erik Sanu
SUARA TTS.COM | SOE- Kantor Desa Toi yang terletak di pedalaman Nusa Tenggara Timur (NTT), tepatnya di Kecamatan Amanatun Selatan, Kabupaten Timor Tengah Selatan (TTS) sempat mencuri perhatian masyarakat luas. Bangunan sempat menghiasi media sosial membuat orang yang melihat sangat terkesan karna keunikannya.
Bangunan kantor yang telah diresmikan dan digunakan itupun membuat mahasiswa Universitas Muhamadyah Kupang terkesima. Pasalnya Desa To’i yang berada di daerah terpencil namun punya gedung yang sangat menarik dan ikonik
Hal ini disampaikan sejumlah mahasiswa yang sedang melakukan KKN Mandiri di Desa To’i.
Semri Adam Nifu kepada SUARA TTS.COM, Minggu 24/8/2028 mengatakan kantor Toi sangat menarik. Dirinya mengetahui keberadaan kantor desa To’i melalui media sosial sehingga punya niat untuk datang melihat dari dekat sekaligus ingin mengetahui inovasi apa yang dilakukan pemerintah desa setempat.
“Sekitar tahun 2023, saya ikuti di media sosial dan akhirnya bisa ada di sini karna kegiatan KKN Mandiri. Tempat ini sangat bagus dan menarik”Ujar Semri.
Hal yang sama diungkapkan mahasiswa lainya, Ronaldo Banunaek. Mahasiswa fakultas hukum ini terkagum kagum dengan bangunan kantor desa yang menurutnya punya desain yang unik meski dikerjakan tanpa gambar.
Menurutnya, apa yang dilakukan oleh desa To’i mestinya menjadi spirit bagi desa lain. Walaupun berada di daerah terpencil namun tetap punya semangat untuk membangun.
Kepala Desa Toi, Jidro H.N Lakapu menuturkan pembangunan kantor desa tersebut tanpa desain perencanaan dari arsitek.
Dalam perencanaan kantor desa ini harusnya dibangun dua lantai, namun dalam perjalanan karena pengerjaan secara gotong royong oleh masyarakat sesuai keahlian masing-masing dan tanpa gambar, makanya hanya satu lantai.
Kades Jidro mengaku, pembangunan itu menggunakan dana talangan dari masyarakat. Per kepala keluarga menanggung beban sebesar Rp250.000 yang bisa dicicil dari dana bantuan pemerintah kabupaten maupun pusat.
Khusus bahan-bahan bangunan non lokal seperti beton, paku, seng dan semen itu dibeli. Sedangkan bahan-bahan lokal itu didapat dari swadaya masyarakat. Bahkan taman untuk spot foto pun dibangun sendiri oleh sang Kades bermodalkan pengalamannya saat merantau di Bali.
Ia menambahkan, motivasinya membangun kantor desa itu didapat saat merantau selama sembilan tahun di Bali, setelah memilih pulang dia melihat kondisi kampungnya tidak banyak berubah.(Sys).