Example 728x250
Opini

LAKI LAKI HARUS BERCERITA 

111
×

LAKI LAKI HARUS BERCERITA 

Sebarkan artikel ini
Example 468x60

Oleh: Yully Lenerdy Tameon

SUARA TTS.COM | SOE – Akhir – akhir ini kita mungkin sering mendengar meme yang berseliweran di media sosial yang diawali dengan kata “laki-laki tidak bercerita,” hal ini bukan hanya sebuah celetukan atau humor semata, tapi menggambarkan realitas sosial yang dihadapi laki-laki dalam masyarakat.

Example 300x600

Anggapan bahwa laki- laki harus selalu kuat, adalah sebuah jebakan mental bagi laki-laki. Selama bertahun-tahun, masyarakat menanamkan narasi bahwa laki-laki harus kuat, tegar, dan tidak mudah goyah.

Mereka didorong menjadi penyangga keluarga, pelindung, bahkan pemimpin tanpa pernah diberi cukup ruang untuk menjadi manusia yang utuh, dengan perasaan, ketakutan, dan kesedihan.

Akibatnya, banyak laki-laki tumbuh dengan kepercayaan bahwa menunjukkan emosi adalah kelemahan, dan kelemahan bukanlah bagian dari jati diri seorang pria.

Padahal, emosi adalah bagian mendasar dari kehidupan manusia, tidak terbatas pada jenis kelamin.

Menyembunyikan emosi bukan hanya membebani mental, tetapi juga berdampak pada kesehatan fisik dan relasi sosial. Dalam banyak kasus, ketidakmampuan laki-laki mengekspresikan perasaan berujung pada kemarahan yang terpendam, kekerasan, atau bahkan depresi yang tak tertolong.

Data dari Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menunjukkan bahwa angka bunuh diri pada laki-laki secara global lebih tinggi dibanding perempuan. Salah satu penyebabnya adalah rendahnya angka pencarian bantuan psikologis pada laki-laki.

Bukan karena mereka tidak membutuhkan, tetapi karena mereka merasa tidak diperbolehkan. Pada tahun 2022, Kementerian Kesehatan RI menyebut Indonesia menduduki peringkat kelima di Asia Tenggara dengan 3,7 kematian per 100 ribu penduduk.

Peringkat tertinggi dipegang Thailand dengan 12,9 kematian per 100 ribu penduduk. Dan lagi-lagi, laki-laki 4,23 kali lebih rentan memiliki hasrat bunuh diri dibanding perempuan.

Di Nusa Teggara Timur, pada tahun 2024 terdapat 226 kasus bunuh diri, dan pada awal tahun 2025 mengalami 4 kasus beruntun kejadian bunuh diri, dimana semua korban berjenis kelamin laki-laki.

Bercerita adalah salah satu cara untuk menjaga kesehatan mental. Ketika laki-laki menyimpan semua tekanan hidupnya sendiri, mereka cenderung mengalami stres, kecemasan, dan bahkan depresi. Menurut berbagai penelitian, laki-laki lebih jarang mencari bantuan profesional dibandingkan perempuan, meskipun risiko mereka terhadap masalah kesehatan mental seperti bunuh diri lebih tinggi.

Beberapa hari terakhir ini kita sering mendengar berita bunuh diri, yang semuanya berjenis kelamin laki- laki.

Hal ini menunjukkan bahwa mendukung laki-laki untuk bercerita adalah langkah penting dalam mencegah dampak buruk dari kesehatan mental yang tidak tertangani.

Selain manfaat kesehatan mental, bercerita juga membangun hubungan yang lebih baik dengan orang di sekitar.

Ketika seorang laki-laki berbagi pengalaman atau perasaan, dia membuka ruang untuk pemahaman dan kepercayaan. Orang-orang di sekitarnya juga dapat merasa lebih dekat dan terhubung.

Di sisi lain, bercerita dapat menjadi contoh yang baik bagi generasi muda, terutama anak-anak, bahwa mengungkapkan emosi adalah hal yang normal dan sehat.

Kita juga harus mengubah pandangan masyarakat. Perlu ada pemahaman bahwa keberanian laki-laki tidak hanya diukur dari kekuatan fisik atau kemampuannya menghadapi masalah sendirian, tetapi juga dari kesediaannya untuk menunjukkan kerentanannya.

Berani menangis, berani mengungkapkan perasaan, dan berani untuk Bercerita adalah bukti kekuatan sejati, karena membutuhkan keberanian untuk menghadapi perasaan sendiri dan kepercayaan terhadap orang lain untuk mendengarkan.

Kita perlu mulai dari hal sederhana: tidak menertawakan tangisan anak laki laki, tidak memarahi mereka karena takut, dan tidak menekan mereka untuk “selalu kuat” atau tidak mengatakan “kamu kan laki-laki”.

Sebaliknya, mari kita dengarkan, validasi, dan rangkul pengalaman emosional mereka sebagai bagian dari proses tumbuh menjadi pribadi yang sehat secara utuh.

Membuka diri dan menceritakan rasa sakit bukan bentuk kelemahan. Sebaliknya, itu adalah wujud keberanian dan kesadaran akan pentingnya kesehatan jiwa. Laki-laki yang mampu bercerita adalah laki-laki yang memilih untuk sembuh, bukan hancur dalam diam. Kita semua bertanggung jawab membangun masyarakat yang inklusif secara emosional bagi siapa pun, termasuk laki-laki.

Laki-laki juga punya hak untuk terluka. Dan mereka berhak untuk sembuh. Karena sejatinya, kekuatan sejati bukanlah soal membungkam air mata, tapi keberanian untuk mengakui luka dan mencari pertolongan.***

*Penulis adalah seorang ibu rumah tangga

Example 300250
Example 120x600