Ket foto: Nampak Asisten III, Setda TTS, Agnes L.Fobia saat membuka kegiatan pelatihan
Laporan Reporter SUARA TTS.COM, Erik Sanu
SUARA TTS.COM | SOE – Yayasan Plan International Indonesia (Plan Indonesia) melalui Program Implementation Area (PIA) Soe menggelar pelatihan bagi kader posyandu, kader kelas ayah, dan tenaga kesehatan desa. Kegiatan yang mengangkat Modul Sekolah Perempuan “Skol Bi Fe Meto” ini direncanakan berlangsung tiga dan resmi dibuka Selasa (9/9) di Aula Hotel Blessing, Soe.
Pelatihan ini bertujuan meningkatkan kapasitas orang tua dalam pengasuhan anak, pemberdayaan perempuan, serta pencegahan stunting.
PIA Manager TTS Plan Indonesia, Marina Meidiyanti, menegaskan pelatihan ini juga mengusung isu kesetaraan gender.
“Pelatihan ini membangun kesadaran bahwa perempuan adalah mitra sejajar laki-laki dalam pembangunan. Kami ingin mengurangi ketidaksetaraan gender dalam pengasuhan anak dan rumah tangga, sekaligus mendorong advokasi kepada pemerintah agar lebih mendukung peran perempuan,” katanya.
Pelatihan menghadirkan fasilitator nasional dari Kementerian PPPA, yakni Siprianus Wuru dan Pdt. Sepri Adonis, S.Th. Materi yang dibawakan meliputi isu gender, pola asuh, kesehatan reproduksi, HIV/AIDS, stunting, hukum, ekonomi rumah tangga, hingga budaya.
Melalui kegiatan ini, Plan Indonesia berharap terbangun kesadaran bersama tentang pentingnya peran perempuan dalam pembangunan, baik di tingkat keluarga maupun masyarakat.
Ket foto : Nampak kegiatan pelatihan kader posyandu dan kader kelas ayah dan tenaga kesehatan desa
Bupati TTS Eduard Markus Lioe melalui Asisten III Setda TTS, Agnes Linda S. Fobia, dalam sambutannya sekaligus membuka kegiatan ini menegaskan pentingnya pembagian peran dalam keluarga.
“Kalau dulu urusan rumah tangga hanya dibebankan kepada mama-mama, sekarang tidak bisa lagi. Harus ada pembagian peran antara laki-laki dan perempuan,” ujarnya.
Sekolah Perempuan (Sekoper) sendiri merupakan program pemberdayaan di bawah Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (PPPA) TTS. Program ini bertujuan meningkatkan kapasitas perempuan dalam bidang sosial, ekonomi, dan politik, sekaligus mengurangi kekerasan berbasis gender serta mendorong partisipasi perempuan di ruang publik dan musyawarah desa.
Linda menambahkan, perempuan berperan penting dalam membangun ketahanan keluarga.
“Misalnya di kampung, perempuan bisa menenun. Kalau dalam sebulan saja bisa menghasilkan dua motif, penghasilannya bisa lebih besar daripada hasil kebun. Karena itu, suami-istri harus berbagi peran demi kesejahteraan keluarga,” jelasnya.
Stunting menjadi tantangan serius di Indonesia, termasuk di TTS. Perempuan memiliki peran sentral pada 1.000 hari pertama kehidupan anak, namun masih kerap terhambat budaya patriarki dan ketidakadilan gender.
Tentang Plan Indonesia
Plan International telah hadir di Indonesia sejak 1969 dan resmi menjadi Yayasan Plan International Indonesia (Plan Indonesia) pada 2017. Fokus utamanya adalah pemenuhan hak anak dan kesetaraan bagi anak perempuan. Hingga kini, Plan Indonesia membina 32 ribu anak di Nusa Tenggara Timur serta menjalankan program di delapan provinsi dengan komitmen pada kesehatan, pendidikan, air bersih, dan perlindungan anak.(***)