Ket foto: Nampak suasana saat penyerahan alsintan di halaman kantor bupati TTS
Laporan Reporter SUARA TTS.COM, Erik Sanu
SUARA TTS.COM | SOE – Oknum staf Humas dan Protokol Setda Kabupaten Timor Tengah Selatan (TTS), Gledi Tamelan, akhirnya menyampaikan permohonan maaf kepada para wartawan atas insiden penghalangan peliputan kegiatan penyerahan alat mesin pertanian (Alsintan) di halaman Kantor Bupati TTS, Kamis (23/10/2025).
Melalui sambungan telepon, Gledi mengakui tindakannya tidak tepat dan menjelaskan bahwa kejadian tersebut terjadi karena kondisi kesehatannya yang sedang menurun.
“Maaf kakak, saya mengaku salah dan minta maaf kepada teman-teman wartawan semua. Waktu itu saya sedang sakit, dan Pak Wakil Bupati serta Pak Kabag Humas sudah kasih tahu ke saya. Sekali lagi saya mohon maaf, saya siap ketemu dengan teman-teman wartawan,” ujar Gledi, Jumat (24/10/2025).
Wakil Bupati TTS, Jhony Army Konay, S.H., menyayangkan tindakan yang dilakukan oleh staf Humas tersebut. Ia menyebut, pihaknya akan mempelajari lebih lanjut duduk persoalan sebelum mengambil langkah berikutnya.
“Kita belum tahu persis seperti apa kejadiannya, tapi nanti akan kita lihat dan panggil yang bersangkutan,” ujar Wabup Army saat ditemui di Kantor Bupati TTS.
Sementara itu, Kepala Bagian Humas dan Protokol Setda TTS, Jhon Asbanu, juga menyampaikan permohonan maaf atas kejadian tersebut. Ia mengaku peristiwa itu terjadi di luar dugaan dan tanpa sepengetahuannya.
“Saya juga mohon maaf atas kejadian ini. Saat itu saya tidak tahu ada kejadian seperti itu di lapangan. Kejadian tersebut di luar dugaan kami,” jelas Asbanu.
Sebelumnya, sejumlah wartawan di Kabupaten TTS mengeluhkan sikap tidak kooperatif dari oknum staf Humas yang diduga membentak dan menutup akses pengambilan gambar saat kegiatan berlangsung.
“Salah satu rekan kami bahkan dibentak ketika hendak mengambil gambar,” ujar seorang wartawan di lokasi.
Wartawan Penakita, Marfin Honin, menyesalkan tindakan tersebut dan berharap agar pihak Humas lebih memahami peran serta tugas jurnalis dalam peliputan kegiatan pemerintahan.
“Kalau kami diundang untuk liputan, tolong diberikan ruang sepenuhnya untuk ambil gambar. Kalau staf Humas kuasai tempat dan halangi kami, bagaimana kami bisa dapat gambar penting? Kami juga bisa ditegur redaktur kalau hasil liputan tidak maksimal,” tegas Marfin.
Senada, wartawan SpektrumNTT, Mega Ngefak, juga menyoroti sikap arogan staf Humas yang dinilai kerap menghambat kerja wartawan di lapangan.
“Kemarin ada teman yang minta fotografer Humas geser sedikit, tapi malah dimarahi. Katanya ‘beta Humas’. Kami tahu dia Humas, tapi caranya memang tidak baik. Tiap kali mau foto pasti dia berdiri paling depan, setelah itu tidak mau geser,” keluh Mega.
Para wartawan berharap Kabag Humas dan Protokol Setda TTS dapat melakukan pembinaan internal agar hubungan antara pemerintah daerah dan insan pers tetap terjalin harmonis, profesional, dan saling menghargai.(Sys).

















