Ket. Foto : Nampak Suasana penobatan Raja Amanuban, Drs. Jonathan Nubatonis
Laporan Reporter Suara TTS. Com, DionKota
SUARA TTS. COM | SOE- Drs. Jonathan Nubatonis resmi dinobatkan menjadi Raja Amanuban dalam acara penobatan yang berlangsung di Sonaf Amanuban, Senin 15 September 2025. Proses ini merupakan tindaklanjut dari penyerahan kekuasaan yang sebelumnya dipegang keluarga Nope kepada empat suku besar di wilayah kerajaan Amanuban yaitu Nuban, Nubatonis, Tenis dan Asbanu pada 15 September 1987 silam.
Hadir dalam kegiatan penobatan raja Amanuban diantaranya, Bupati TTS, Eduard Markus Lioe bersama istri, mantan bupati TTS, Paul Mella bersama istri, perwakilan keluarga Nope, perwakilan keluarga Nuban, Natonis, Tenis dan Asbanu.
Usai dinobatkan menjadi Raja Amanuban, Jonathan bercerita tentang sejarah kerajaan Amanuban. Kerajaan Amanuban dikatakannya sudah ada sejak abad ke-5. Hal ini tercatat dalam Dokumen Cagar Budaya. Di abad kedua berdirinya Kerajaan ini, tepatnya raja ke-32, saat itu dipimpin oleh Seo Nuban, sebelum Keluarga Nope mengambil alih kerajaan.
Pengambilan kekuasaan itu lanjutnya disertai dengan pengambilan kekayaan dalam jumlah besar, seperti uang perak, Muti, dan barang lain.
“Keluarga Nope mengambil alih kerajaan dan seluruh harta dalam jumlah besar, uang perak itu mungkin ton. Muti Salak itu mungkin ton. Fenoni Banam, Suin noni Banam, Taus noni Banam. Kemudian keluarga Nope memindahkan pemerintahan ke Niki Niki, ” ungkapnya.
Keluarga Nope berkuasa hingga 11 generasi. Dimana Raja ke-11 bernama Kusa Nope, yang adalah Mantan Bupati TTS. Jonathan melanjutkan bahwa ketika memimpin Kusa Nope jatuh sakit.
“Raja ke-11 itu Kusa Nope, Bupati Lama. Beliau masuk ke Tunbes, kemudian jatuh di sana dan dibawah kembali ke soe, dan sakit berat. Ketika tim doa periksa, saat itu bernama Pak Falo dulu, mengatakan harus mengembalikan Kerajaan ke Nuban-Nubatonis-Tenis-Asbanu, hal itu agar Kerajaan Amanuban jangan terikat di Bumi dan juga di Surga, ” jelasnya.
Setelah mendengar hal tersebut, Raja yang juga Bupati TTS periode (1924-1980), mengutus empat orang perwakilan Keluarga Nope menemui empat Suku besar yang disebutkan.
“Jadi, perwakilan empat orang dari keluarga Nope membawa empat okomama (tempat sirih), beserta barang-barang lain untuk diberikan kepada Keluarga Nuban, Nubatonis, Tenis, Asbanu. Karena di daerah sana, itu empat suku ini yang ada di dalam kerajaan, ” kisahnya.
Ket. Foto : Suasana penobatan Raja Amanuban yang berlangsung di Sonaf Amanuban
Perwakilan Keluarga Nope membawa tempat sirih pinang (okomama), so’it empat (semacam tusuk konde), destar, Muti, uang perak, kemeja lengan panjang, jaket, uang Rp. 10.000, dan sopi jenever. Masing-masing berjumlah empat buah untuk setiap keluarga besar Nuban Nubatonis Tenis Asbanu.
“Tepat pada (15/9/1987), utusan Raja Nope yang dipimpin oleh Karel (Kela ) Nope, Luis Nope dan dua orang lainnya untuk menyerahkan kembali Kerajaan Amanuban kepada empat orang suku penghuni Tunbes, Suku Nuban diterima oleh Samual Nuban, Suku Nubatonis diterima oleh Saulus Nubatonis, Suku Tenis oleh Obed Tenis dan Asbanu oleh Nahor Asbanu.
Meskipun begitu, ia melanjutkan keempat Suku ini diam tak menindaklanjuti penyerahan kekuasaan tersebut, hingga Kerajaan Amanuban harus mengalami kekosongan kekuasaan selama 38 tahun.
“Sebagai akibat dari penerima secara diam diam ini, maka 38 tahun tidak ada syukur maupun ritual penobatan raja. Maka untuk meyakinkan kebenaran peristiwa 38 tahun lalu, putra mahkota Nope berkenan hadir dan kemarin secara simbolis menyerahkan kembali Kerajaan Amanuban kepada empat Suku terlebih dulu disaksikan Bupati TTS, Raja Raja, dan seluruh keluarga besar Nuban, Nubatonis, Tenis, Asbanu sedaratan Timor, ” jelasnya.
Hingga secara sah dinobatkan menjadi Raja Amanuban ke-46, Drs. Jonathan Nubatonis melanjutkan pemerintah Amanuban untuk mendukung pemerintah daerah dari segi Budaya, serta berkomitmen menjaga kelestarian budaya ini bersama Keluarga Nope dan seluruh rumpun masyarakat Amanuban sedaratan Timor. (DK)