Ket foto : Ilustrasi
Laporan Reporter SUARA TTS. COM, TIM
SUARA TTS. COM | SOE – Jelang pelaksanaan Pemungutan Suara Ulang (PSU) pada Sabtu 24 Februari 2024, harga suara per kepala meningkat.
Informasi yang dihimpun SUARA TTS. COM, harga suara tembus 500 ribu per kepala.
“ Kakak, 200 ribu sonde (tidak) laku lagi. Orang sekarang sudah tembus 500 ribu per kepala. Orang main gandeng Caleg Kabupaten dengan Provinsi,” ujar salah satu warga di wilayah kecamatan Kota Soe.
Seorang warga Kota Soe lainnya geleng-geleng kepala melihat fenomena PSU kali ini. Dirinya dibuat bingung karena ada masyarakat yang menolak uang 200 ribu.
“ Gila, baru kali ini orang tolak uang. Bilang talalu kecil, padahal 200 ribu. Katanya, Orang lain kasih lebih besar,” sebutnya.
Bahkan, masyarakat yang sempat menerima uang 200 ribu tak malu untuk mengembalikan uang hanya karena ada tawaran yang lebih tinggi.
Praktek money politik ini juga menjadi sorotan anggota DPRD TTS, Yupic Boimau dan David Boimau. David bahkan menantang Bawaslu untuk berani menangkap pelaku money politik.
“Berani na pi tangkap yang orang main terang-terangan di kampung-kampung dong,” tantang David.
“ Money politik ini sudah menjadi cerita umum. Orang ada bermain ini. Mana sonde ada yang tertangkap,” tambah Yopic.
Terpisah, Ketua Bawaslu Kabupaten TTS, Desi Nomleni mengaku, hingga saat ini belum ada laporan maupun temuan terkait money politik. Namun dirinya menegaskan jika Bawaslu terus melakukan pengawasan melekat.
Dirinya berharap masyarakat yang mengetahui adanya praktek money politik bisa melaporkan ke Bawaslu agar bisa ditindak.
“ Kewenangan penangan kasus money politik memang ada di Bawaslu, tapi ada ruang untuk masyarakat ikuti mengawasi dan melaporkan praktek tersebut ke Bawaslu. Kalau ada masyarakat mengetahui adanya praktek money politik masyarakat juga bisa menangkap dan selanjutnya melaporkan ke Bawaslu,” terang Desi.
Diberitakan sebelumnya, KPU Kabupaten TTS telah mengeluarkan jadwal pelaksanaan pemungutan suara ulang (PSU) di 12 TPS pada Sabtu 24 Februari mendatang. PSU menjadi kesempatan kedua bagi Caleg yang belum mengamankan kursi untuk membalikkan keadaan.
Tentunya, untuk membalikkan keadaan ini bukanlah perkara yang mudah. Dibutuhkan strategi dan logistik yang tebal untuk bisa membalikkan keadaan.
Di Pileg 2019 lalu, PKS terpaksa kehilangan kursi di Dapil 2 lewat drama PSU. Dimana, sebelum PSU, PKS berhasil mendapatkan terakhir (kursi ke-7) dengan selisih suara akumulasi tak sampai 100 suara dari Nasdem.Setelah PSU, Partai Nasdem berhasil membalikkan keadaan dengan selisih 30-an suara.
Tensi PSU berbeda dengan tensi pemungutan suara pada 14 Februari lalu. Jumlah TPS yang jauh lebih kecil, dengan pesebaran yang lebih sempit membuat gesekan antara caleg akan jauh lebih keras.
Selisih suara yang sudah terlihat dalam data C1 yang dipegang masing-masing caleg, membuat tensi PSU sangat tinggi.
Untuk menang dalam PSU para Caleg tak bisa menggunakan strategi yang biasa. Kondisi PSU memaksa para Caleg harus menggunakan startegi ekstra. Memastikan raihan 1 suara dalam PSU menjadi sangat penting. Di sisi lain gangguan dari tim caleg lawan harus diantisipasi. Memasang mata-mata di tim sukses caleg lawan menjadi salah satu strategi penentu untuk mengetahui langkah politik lawan.
Logistik (Uang) menjadi hal penting yang harus dimiliki Caleg untuk mengamankan kemenangan dalam PSU.
Praktek membeli suara akan menjadi marak terjadi dalam PSU. Hukum ekonomi akan berlaku pada kondisi ini. Dimana, jumlah suara terbatas namun permintaan yang tinggi membuat harga suara menjadi naik.
Kondisi PSU memaksa tim sukses untuk masuk dari rumah ke rumah guna menawarkan harga jagoannya. Mulai dari 250 ribu per suara hingga 300 ribu per suara. Untuk Caleg dengan logistik tebal, paket sembako bisa menjadi pemanis tambahan yang ditawarkan guna mendapatkan 1 suara. (Tim)