Example 728x250
EKONOMIFOTOSENI

Nasib Fotografer Kupang di Tengah Pandemi Covid-19

108
×

Nasib Fotografer Kupang di Tengah Pandemi Covid-19

Sebarkan artikel ini
Example 468x60
\"\"
Sam Ludji, salah satu Fotografer Kupang tengah melakukan pembersihan Kamera saat ditemui mediakita.com di Elite Studio Kupang, Selasa (28/04/2020) siang / Foto: Leader Media Kita

KUPANG – Wabah virus Corona alias Covid-19 turut dirasakan langsung oleh berbagai sektor industri kreatif. Salah satunya industri Fotografi di Kota Kupang, Nusa Tenggara Timur (NTT).

Usaha jasa fotografi harus mengalami kehilangan pekerjaannya karena dalam situasi pembatasan sosial seperti ini. Hal ini turut dirasakan Elite Studio Kupang, salah satu pelaku usaha penyedia jasa fotografi yang menghimpun para fotografer di Kupang.

Example 300x600

Sam Ludji, Crew Elite Studio yang juga merupakan salah satu Fotografer di Kupang mengakatakan, sejak penerapan physical distancing oleh pemerintah,  banyak permintaan jasa fotografinya batal dilakukan, seperti kegiatan pesta pernikahan, event, dan berbagai kegiatan lainya harus dibatalkan sesi photoshoot di tengah pandemi global ini yang mengakibatkan nasib para fotografer tidak memiliki penghasilan.

“Sejak adanya pandemi Covid-19 ini, kita praktis tidak punya penghasilan karena selama ini kegiatan kita berhubungan dengan event-event yang mana itu mengumpulkan banyak orang. Seperti wedding, kegiatan-kegiatan kantor, event music, semuanya itu batal. Jadi saat ini memang kita tidak punya penghasilan lagi saat ini,” ungkap Sam kepada mediakita.com di Elite Studio Kupang, Selasa (28/04/2020) siang.

Menurut dia, orderan dari kegiatan-kegiatan tersebut dulunya selalu membanjiri agenda para penyedia jasa fotografi untuk mengabadikan momen tersebut. Kini para fotografer harus sepi orderan di tengah wabah virus maut ini.

“Kalau sebelumnya (sebelum wabah Covid-19, red) , minimal sebulan itu kita punya lima job, bisa sampai puluhan, itu setiap bulan ada, seperti job pre-wedding, wedding, event, ada juga acara-acara di kantor,” kisahnya.

Hal Ini, kata Sam jelas sangat berdampak pada profesinya yang berakibat omzet pendapatan di bidang fotografer pun tak ada lagi, bahkan ada beberapa fotografer yang sudah menjual kamera demi kebutuhan ekonomi.

Pengurus Komunitas Fotografi Indonesia (KFI) Regional NTT ini pun berharap agar pemerintah tidak hanya memperhatikan keluhan penyedia jasa ojek online namun juga pekerja dengan penghasilan tidak tetap lain seperti profesi  fotografer.

“Komunitas kita itu jumlahnya ada ratusan lebih fotografer, kebetulan saya bendaharanya, saat ini semuanya merasakan hal yang sama. Bahakan di grup-grup medsos ada beberapa teman yang sudah jual kamera. Kita melihat belakangan ini, mohon maaf teman-teman Ojol (ojek online) begitu banyak dapat perhatian. Jadi kami berharap, seandainya saya dan teman-teman juga mengalami hal yang sama mungkin ini bisa membantu saya dan teman-teman yang beraktifitas di bidang fotografi,” pungkas Sam. *(Leader).

Example 300250
Example 120x600